Jumat, 30 April 2010

Srikandi

BAB I

Dug…..dug…dug……aaaaauuuuuwwwwccchhhh…….
Tanpa niat disengaja atau tidak disengaja namun lemparan bola basket seberat 1 kg itu tepat mengenai muka dan hidung renata yang hampir patah karena bola basket itu.
Kendiii………, bisa gak sih kau main bola basket mu itu dengan benar tanpa harus menelan korban, kalo kau tak bisa mainkan bola itu lebih baik kau buang saja bola itu dan cari permainan yang bisa kau mainkan. Dengan perasaan yang masih kesal, renata lalu melepaskan sepatu sandal yang dipakainya lalu mengejar sang adik yang sedang tertawa kegelian. Melihat sang kakak yang sedang kesakitan, namun karena sudah hafal dengan apa yang akan dilakukan oleh sang kakak jika ingin membalas kejahilannya dengan sigap Srikandi Anastasia Maleho atau yang lebih sering dipanggil “clika” atau “Kendi” menangkis lemparan sepatu sandal dengan heels setinggi 7 cm, kemudian clika langsung lari secepat kilat menuju dapur untuk berlindung di belakang sang mama,,,,
“Mama…mama……kak nata mau pukul aku maa”….., teriak clika.
“Nata….jangan kau pukul adikmu, bisa sakit dia nanti kau pukul, lebih baik mandilah kau, belum mandi kau sejak tadi toh….”, kata sang mama.
“tapi mah, kendi yang melemparku dahulu, sakit kepalaku ini dipukulnya dengan bola” bantah Renata Maria Maleho atau biasa yang dipanggil nata dengan penuh emosi.
“Memang sudah nasib menjadi anak pertama harus mengalah dengan yang lebih muda toh hehew…..” ungkap clika dengan senyum penuh kemenangan”.
“dasar kendiii…….” Teriak nata
Max, pacar renata pun hanya bisa tersenyum-senyum saja melihat kelakuan kedua kakak-beradik itu, baginya sudah menjadi suatu hal yang lumrah bahkan mungkin dapat dikatakan suatu kebiasaan bagi kakak beradik ini untuk betengkar terlebih dahulu sebelum mereka berbicara normal….
“mandilah kau dulu nata, kau kan baru pulang, hari ini cuacanya panas, nanti biang keringat kau kambuh lagi toh” ucap mama.
“Sshhhh…….mama, jangan keras-keras bilangnya, malu aku mah…..” renata memancungkan bibirnya dan menutupi mulutnya dengan tanganya dan membisikkan sang mama.
“huuuuu……, malu sama sapa kak, kayaknya semua orang disinipun sudah tau kalau kau punya penyakit keringat toh”, ucap clika sambil melirik max yang ada disebelah kiri nata.
“ heh,,, kendi. Itu-tu bukan penyakit tau, lagian wajar dong, kulitku ini kan kulit orang bule yang cocoknya tinggal di daerah sub tropis, bukannya tempat tropis seperti ini” kali ini nata yang tersenyum penuh dengan kemenangan.
Renata baru saja pulang dari belanda setelah 4 tahun belajar untuk mendapatkan gelar bachelor degree of law di Copenhagen, Holland. Disana pula nata bertemu dengan max wooden, seorang mahasiswa indo belanda, yang merupakan seniornya, yang belajar di Copenhagen university. Namun max terlebih dahulu pulang ke Indonesia karena dia lebih dahulu lulus 1 tahun dibanding nata. Meskipun ayahnya orang belanda tapi keluarga max sudah lama tinggal di indonesia, lebih tepatnya di bandung. Max sudah tinggal di bandung sejak dia berumur 5 tahun. Ayahnya mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan BUMN Indonesia yang cukup bonafit. Sedangkan sang ibu menjadi pengusaha perhiasan lokal yang diekspor ke luar negeri. Max jarang sekali menemui keluarga ayahnya di belanda, karenanya sang ayah menyuruhnya untuk kuliah di sana untuk lebih mengenal keluarga ayahnya di belanda.
Setelah max pulang ke indonesia, dia sering main ke rumah renata untuk sekedar bertamu dengan keluarga renata, renata sering pulang ke Indonesia setiap natal. Renata selalu mengajak max kerumahnya selama mereka di jakarta, jadi bagi max keluarga renata sudah seperti keluarga max. selain itu juga sejak 2 tahun terakhir, keluarga max pindah ke medan sehingga max lebih memilih untuk tinggal sendiri di kota megapolitan ibukota Jakarta ini. Max menjadi lebih sering bertandang kerumah renata meski renata masih di Copenhagen, keluarga renata juga sangat ramah terhadapnya.
“nata, clika,, max, ayah ayo makan malam, makanannya sudah siap” ucap sang mama
“Iya ma…..”, jawab nata, clika, dan ayah berbarengan
“aduhh… kendii… ini kan tempat duduk gw tau” kata nata yang lansung menggeser badan clika agar clika menyingkirr dari tempat duduknya.
Di ruangan itu hanya ada empat kursi makan, sedangkan kali ini max ikut makan malam dirumah mereka dan tentu saja salah satu dari clika dan nata harus mengalah untuk mengambil bangku dari pantry.
“ ih enak aja, di kursi ini gak ada tuh tulisan atau tanda apapun yang menyatakan kursi ini milik kakak, ini Jakarta neng, siapa cepat maka dia yang akan mendapat hi hihhi hi…..” ucap clika dengan memamerkan tampang kejahilannya.
“ tapi kau ini lebih muda daripada aku, jadi harus menghormati yang lebih tua dong” ucap renata tak mau kalah
“hmmm… bukannya kebalik yah, yang tua tuh musti ngalah sama yang muda tau…” clika memang punya banyak akal untuk menjahili sang kakak.
“ it’s ok, I will take the chair” max lansung mengambil kursi di pantry , dia lebih memilih untuk mengakhiri pertengkaran kedua kakak beradik ini dengan mengambil jalan tengah, meskipun terkadang akhirnya sang pacar , nata akan marah terhadapnya dan mendiaminya selama seharian karena dianggap dia membela clika.
“Thank you max, you’re a hero tonight” ungkap sang ayah nata tersenyum kepada max. sesungguhnya ayah nata pun sudah tidak tahan mendengar pertengkaran nata dan clika, namun beliaupun hanya bisa menggeleng-menggelengkan kepalanya saja. Sebenarnya pak eddison sabuga merupakan orang yang tegas, namun beliau hanya akan marah jika kedua anaknya ini sudah tidak saling bertegur sapa selama berhari-hari. Seperti saat nata masih duduk di bangku kelas 2 smu, sang adik, clika tak sengaja membaca buku harian nata, mereka bertengkar cukup hebat, waktu itu nata begitu emosi hampir mendiamkan clika selama 1 bulan, meskipun sang mama sudah menasehatinya tapi tetap saja mereka berdua masih saling bungkam. Hingga akhirnya sang ayah menegur nata dan clika.
“apa kalian ingin ayah tidak memberikan uang jajan kalian dan memblokir kartu ATM? “.ungkap sang ayah
“ayah, nata kan bukan anak kecil lagi, lagipula kendi duluan yang bertindak tidak sopan dengan membaca buku harian orang lain, seharusnya dia tahu kalau nata tidak suka jika ada yang mengutak-atik barang milik nata yah!”. Sanggah renata dengan penuh emosi.
“bukan aku yang membacanya yah, aku memang masuk ke kamar kak nata waktu itu tapi aku tidak membaca buku hariannya, bisa saja kan teman kak nata yang membacanya, waktu itu kan kak nata mengajak teman ke kamarnya”. Bantah clika
“ ayah tidak mau dengar apa-apa, jika kalian masih tidak saling bertegur sapa sampai besok pagi, maka ayah akan memblokir ATM kalian dan ayah sudah memberitahukan mama untuk membuatkan bekal jadi kalian tidak perlu uang jajan, selain itu sepulang sekolah, kalian harus segera pulang.” Tegas sang ayah.
“tapi yah, clika kan masih ada eskul basket sepulang sekolah.” Sanggah clika
“nata juga ada les bahasa inggris kan yah” kali ini nata setuju dengan clika.
“ayah tidak perduli, ayah bahkan akan membuat kalian bersekolah dirumah jika kalian masih bersikap seperti ini”. Jawab sang ayah dengan tegas